7 Kebiasaan Anak: InfoPublik Terbaru dan Cara Menghadapinya
Sebagai orang tua, kita selalu ingin yang terbaik untuk anak-anak kita. Kita mendambakan mereka tumbuh menjadi individu yang sehat, bahagia, dan sukses. Namun, perjalanan mengasuh anak penuh dengan tantangan, salah satunya adalah memahami dan mengatasi berbagai kebiasaan anak yang mungkin muncul. Artikel ini akan membahas 7 kebiasaan anak yang sering dihadapi orang tua, disertai informasi publik terbaru dan strategi efektif untuk menghadapinya. Informasi ini bertujuan untuk membantu Anda, para orang tua, dalam membimbing anak-anak menuju pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
1. Membuang Mainan Sembarangan:
Ini adalah kebiasaan umum yang sering membuat frustasi orang tua. Anak-anak, terutama di usia balita dan prasekolah, belum sepenuhnya memahami konsep keteraturan dan kerap membiarkan mainan berserakan di mana-mana.
Mengapa Hal Ini Terjadi? Pada usia ini, anak-anak masih mengembangkan kemampuan motorik halus dan koordinasi mata-tangan. Mereka juga tengah mengeksplorasi dunia sekitar melalui panca indra, dan membuang mainan merupakan bagian dari proses eksplorasi tersebut. Selain itu, kurangnya pemahaman tentang konsekuensi dari perbuatan mereka juga menjadi faktor penyebab.
Strategi Mengatasi:
- Ajarkan secara bertahap: Jangan langsung mengharapkan anak untuk merapikan semua mainan sekaligus. Mulailah dengan mengajarkan merapikan satu atau dua mainan favoritnya. Berikan pujian dan hadiah kecil sebagai reinforcement positif.
- Buat permainan: Ubah kegiatan merapikan mainan menjadi permainan yang menyenangkan. Misalnya, berlomba merapikan mainan atau menyanyikan lagu saat merapikan.
- Kotak/keranjang penyimpanan: Sediakan kotak atau keranjang penyimpanan yang menarik dan mudah diakses oleh anak. Label setiap kotak dengan gambar mainan yang sesuai untuk memudahkan anak mengidentifikasi tempat penyimpanan masing-masing mainan.
- Konsisten: Konsistensi adalah kunci. Terus mengingatkan dan membimbing anak untuk merapikan mainan setiap hari, meskipun terkadang terasa melelahkan.
2. Susah Makan:
Kebiasaan susah makan merupakan masalah umum yang sering dikeluhkan orang tua. Anak-anak mungkin menolak berbagai jenis makanan, memilih-milih makanan, atau makan dalam jumlah yang sangat sedikit.
Mengapa Hal Ini Terjadi? Beberapa faktor dapat menyebabkan anak susah makan, antara lain faktor genetik, masalah kesehatan, gangguan pencernaan, atau bahkan pengaruh lingkungan. Tekanan dari orang tua untuk makan juga bisa menjadi penyebab anak semakin menolak makanan.
Strategi Mengatasi:
- Jangan memaksa: Memaksa anak makan justru akan membuat mereka semakin menolak makanan. Berikan pilihan makanan sehat yang beragam dan biarkan anak memilih sendiri apa yang ingin mereka makan.
- Buat makanan menarik: Tampilan makanan sangat berpengaruh terhadap selera makan anak. Buat makanan menjadi lebih menarik dengan memotongnya menjadi bentuk-bentuk yang lucu atau menyajikannya dengan cara yang kreatif.
- Libatkan anak dalam proses memasak: Melibatkan anak dalam proses memasak dapat meningkatkan minat mereka terhadap makanan. Biarkan mereka membantu mencuci sayuran, mengaduk adonan, atau menata makanan di piring.
- Konsultasi dokter: Jika susah makan berlangsung lama dan disertai penurunan berat badan, segera konsultasikan dengan dokter untuk menyingkirkan kemungkinan masalah kesehatan.
3. Menghisap Jari:
Menghisap jari merupakan kebiasaan umum pada bayi dan anak kecil. Meskipun umumnya tidak berbahaya, menghisap jari yang berlangsung lama dapat menyebabkan masalah gigi dan gusi.
Mengapa Hal Ini Terjadi? Menghisap jari seringkali menjadi bentuk self-soothing bagi anak, terutama saat merasa cemas, takut, atau bosan. Bayi mungkin menghisap jari untuk memenuhi kebutuhan menghisap yang belum terpenuhi.
Strategi Mengatasi:
- Identifikasi penyebab: Coba identifikasi pemicu anak menghisap jari. Apakah karena merasa cemas, bosan, atau lelah? Atasi penyebabnya agar kebiasaan ini dapat dikurangi.
- Berikan perhatian dan kasih sayang: Berikan anak cukup perhatian, kasih sayang, dan rasa aman. Hal ini dapat mengurangi kebutuhan mereka untuk menghisap jari sebagai mekanisme coping.
- Gunakan teknik pengalihan: Alihkan perhatian anak dengan memberikan mainan atau aktivitas yang menarik.
- Berikan pujian dan hadiah: Berikan pujian dan hadiah kecil setiap kali anak berhasil menahan diri dari menghisap jari.
4. Tantrum:
Tantrum merupakan ledakan emosi yang sering terjadi pada anak-anak, terutama di usia toddler. Tantrum ditandai dengan menangis, berteriak, menendang, dan memukul.
Mengapa Hal Ini Terjadi? Tantrum terjadi karena anak belum mampu mengelola emosi mereka dengan baik. Mereka mungkin merasa frustrasi, marah, atau lelah, dan belum memiliki kemampuan verbal untuk mengekspresikan perasaan tersebut.
Strategi Mengatasi:
- Tetap tenang: Saat anak tantrum, tetaplah tenang dan jangan ikut terbawa emosi. Cobalah untuk memahami penyebab tantrum dan berempati terhadap perasaan anak.
- Beri ruang: Jika memungkinkan, beri anak ruang untuk menenangkan diri. Jangan mencoba menghentikan tantrum secara paksa.
- Berbicara setelah tenang: Setelah tantrum mereda, ajak anak berbicara dan diskusikan apa yang menyebabkan tantrum tersebut. Ajarkan anak cara mengekspresikan emosi mereka dengan cara yang lebih sehat.
- Batasi akses terhadap pemicu tantrum: Cobalah untuk membatasi akses terhadap hal-hal yang sering memicu tantrum, misalnya mainan kesayangan yang sering menjadi rebutan.
5. Berbohong:
Anak-anak sering berbohong, meskipun niatnya tidak selalu jahat. Beberapa anak berbohong untuk menghindari hukuman, mendapatkan perhatian, atau melindungi diri dari rasa malu.
Mengapa Hal Ini Terjadi? Anak-anak mungkin belum sepenuhnya memahami konsep kebenaran dan kebohongan. Mereka juga mungkin berbohong karena takut akan konsekuensi dari perbuatan mereka.
Strategi Mengatasi:
- Ajarkan perbedaan antara benar dan salah: Jelaskan kepada anak apa itu kebenaran dan kebohongan, serta konsekuensi dari berbohong.
- Jadilah teladan: Anak-anak belajar melalui peniruan. Jadilah teladan yang jujur dan bertanggung jawab.
- Beri kesempatan menjelaskan: Berikan anak kesempatan untuk menjelaskan alasan mereka berbohong. Dengarkan penjelasan mereka dengan sabar dan berikan arahan yang tepat.
- Jangan langsung menghukum: Hindari langsung menghukum anak saat mereka berbohong. Berikan mereka kesempatan untuk memperbaiki kesalahan mereka.
6. Suka Meniru:
Meniru merupakan bagian alami dari perkembangan anak. Anak-anak belajar melalui peniruan, baik meniru perilaku orang dewasa maupun teman sebaya.
Mengapa Hal Ini Terjadi? Meniru merupakan cara anak-anak untuk belajar dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Mereka meniru perilaku yang mereka anggap menarik atau bermanfaat.
Strategi Mengatasi:
- Jadilah teladan: Perilaku dan kebiasaan Anda akan ditiru oleh anak. Jadilah teladan yang baik dengan menunjukkan perilaku positif dan bertanggung jawab.
- Berikan arahan positif: Bimbing anak untuk meniru perilaku positif dan menghindari meniru perilaku negatif.
- Pantau lingkungan sekitar: Perhatikan lingkungan sekitar anak, termasuk tayangan televisi, permainan video, dan teman sebaya yang dapat mempengaruhi perilaku mereka.
7. Agresif:
Perilaku agresif pada anak, seperti memukul, menendang, menggigit, atau mendorong, perlu ditangani dengan serius.
Mengapa Hal Ini Terjadi? Perilaku agresif bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti frustrasi, kemarahan, kurangnya kemampuan berkomunikasi, atau pengaruh lingkungan.
Strategi Mengatasi:
- Ajarkan cara mengekspresikan emosi: Ajarkan anak cara mengekspresikan emosi mereka dengan cara yang tepat, misalnya melalui kata-kata atau gambar.
- Berikan konsekuensi yang jelas: Berikan konsekuensi yang jelas dan konsisten atas perilaku agresif. Jangan pukul atau menghukum anak secara fisik.
- Cari bantuan profesional: Jika perilaku agresif berlangsung lama dan sulit dikendalikan, segera cari bantuan profesional dari psikolog anak.
Kesimpulan:
Memahami dan mengatasi kebiasaan anak membutuhkan kesabaran, konsistensi, dan pemahaman yang mendalam tentang perkembangan anak. Dengan strategi yang tepat dan dukungan yang cukup, kita dapat membantu anak-anak kita tumbuh menjadi individu yang sehat, bahagia, dan sukses. Ingatlah bahwa setiap anak unik, dan pendekatan yang efektif mungkin berbeda untuk setiap anak. Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional jika Anda merasa kesulitan dalam mengatasi kebiasaan anak Anda. Semoga informasi publik terbaru ini bermanfaat bagi Anda.